Bismillahirahmanirrahim,
hari itu aku menuju satu titik terang dalam hidupku. Ya, satu sinar terang yang
membuatku merasa hidup adalah segalanya dan satu sinar terang itu adalah kamu.
Kamu, sesosok pria yang entah mengapa sangat kukagumi dan mengenalmu bahkan
memilikimu adalah satu kebahagiaan besar untukku. Hari demi hari kita lewati
bersama, hingga sampai detik ini tidak terasa begitu cepat 9bulan berlalu kita
lalui berdua, tak hanya sosokmu yang sangat kukagumi, tapi kepribadianmu juga
yang amat sangat kusukai, pantang menyerah dan rajin beribadah.
Hingga
sampai pada suatu ketika kamu benar-benar menemukan teman sejati, teman yang
bisa memahami segala yang kamu inginkan, yang kamu butuhkan dan saat itu pula
kamu mulai mengabaikanku. Aku Melarangmu Berteman Dengannya? Tidak, aku hanya
berfikir. Apakah ini salahku? Apakah aku terlalu egois hingga kini kamu mulai
menjauhiku dan waktumu hanya tersita kepada teman-teman barumu. Lagi dan lagi
aku berfikir, aku hanya menginginkan sosokmu yang dulu kembali, sosokmu yang
begitu dekat denganku, sosokmu yang selalu ada disampingku, kini aku hanya bisa
tersenyum dalam kejauhan, aku hanya berharap kamu senang dengan teman-teman
barumu itu, dan aku juga berharap kamu dapat membagi waktu untukku dan
teman-temanmu, aku mengikhlaskan waktumu yang dulu selalu denganku kini harus
kau bagi dengan teman-temanmu, aku hanya ingin kamu mengingat apa yang pernah
kita lalui bersama.
Hari
demi hari aku lewati dengan kondisi seperti ini, sepertinya lama kelamaan aku
mulai terbiasa dengan semuanya, pengabaianmu, hilangnya perhatian dan waktumu
aku sudah terbiasa dengan itu semua aku hanya bisa bertahan dengan kondisi seperti
ini, terkadang pikiran untuk mengakhiri hubungan ini selalu muncul dalam
otakku, sesekali aku hanya bisa menangis memikirkan semua kenangan yang telah
kita lalui, rasanya amat disayangkan jika pengorbanan mempertahankan hubungan
ini hanya dibalas pengabaian darimu. Dan lagi rasa sayang mengalahkan semuanya.
Tuhan, aku harus bagaimana sementara sikapnya hari demi hari semakin membuatku
sakit? Haruskah kurelakan semuanya? Haruskah kubiarkan mereka merenggut
kebahagiaan kami yang dulu selalu kami lewati bersama? Rasanya tidak adil
bagiku, aku hanya menginginkan semuanya kembali seperti dulu. Ya, dulu!
Saat-saat pertama kita bertemu, salahkah jika aku hanya menginginkan itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar