STORY OF TEENAGER

Kamis, 28 Maret 2013

Adakah kamu yang dulu?



Bismillahirahmanirrahim, hari itu aku menuju satu titik terang dalam hidupku. Ya, satu sinar terang yang membuatku merasa hidup adalah segalanya dan satu sinar terang itu adalah kamu. Kamu, sesosok pria yang entah mengapa sangat kukagumi dan mengenalmu bahkan memilikimu adalah satu kebahagiaan besar untukku. Hari demi hari kita lewati bersama, hingga sampai detik ini tidak terasa begitu cepat 9bulan berlalu kita lalui berdua, tak hanya sosokmu yang sangat kukagumi, tapi kepribadianmu juga yang amat sangat kusukai, pantang menyerah dan rajin beribadah.
Hingga sampai pada suatu ketika kamu benar-benar menemukan teman sejati, teman yang bisa memahami segala yang kamu inginkan, yang kamu butuhkan dan saat itu pula kamu mulai mengabaikanku. Aku Melarangmu Berteman Dengannya? Tidak, aku hanya berfikir. Apakah ini salahku? Apakah aku terlalu egois hingga kini kamu mulai menjauhiku dan waktumu hanya tersita kepada teman-teman barumu. Lagi dan lagi aku berfikir, aku hanya menginginkan sosokmu yang dulu kembali, sosokmu yang begitu dekat denganku, sosokmu yang selalu ada disampingku, kini aku hanya bisa tersenyum dalam kejauhan, aku hanya berharap kamu senang dengan teman-teman barumu itu, dan aku juga berharap kamu dapat membagi waktu untukku dan teman-temanmu, aku mengikhlaskan waktumu yang dulu selalu denganku kini harus kau bagi dengan teman-temanmu, aku hanya ingin kamu mengingat apa yang pernah kita lalui bersama.
Hari demi hari aku lewati dengan kondisi seperti ini, sepertinya lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan semuanya, pengabaianmu, hilangnya perhatian dan waktumu aku sudah terbiasa dengan itu semua aku hanya bisa bertahan dengan kondisi seperti ini, terkadang pikiran untuk mengakhiri hubungan ini selalu muncul dalam otakku, sesekali aku hanya bisa menangis memikirkan semua kenangan yang telah kita lalui, rasanya amat disayangkan jika pengorbanan mempertahankan hubungan ini hanya dibalas pengabaian darimu. Dan lagi rasa sayang mengalahkan semuanya. Tuhan, aku harus bagaimana sementara sikapnya hari demi hari semakin membuatku sakit? Haruskah kurelakan semuanya? Haruskah kubiarkan mereka merenggut kebahagiaan kami yang dulu selalu kami lewati bersama? Rasanya tidak adil bagiku, aku hanya menginginkan semuanya kembali seperti dulu. Ya, dulu! Saat-saat pertama kita bertemu, salahkah jika aku hanya menginginkan itu? 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar